Sumbangan Pakar-Pakar Statistik
Beberapa sumbangan pakar-pakar dalam ilmu
statistik antara lain :
1.
Braham Demoivre
(1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error)
2.
Tahun 1757,
Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut
(continues distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang banyak
3.
Pierre Simon de
Lacplace (1749-1827) mengembangkan konsep demoire dan Simpson ini lebih lanjut,
dan menemukan distribusi normal,
4.
Karl Friedrich
Gauss (1777-1855) kemudian mengembangkan teknik kuadrat terkecil (least square)
simpangan baku, galat baku untuk rata-rata (the standard error of mean)
5.
Distribusi
lain, yang tidak berupa kurva normal kemudian ditemukan oleh Francis Galton
(1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936)
6.
Pearson
(1857-1936) melanjutkan konsep-kosnep Galton dan mengembangkan konsep regresi,
korelasi, distribusi chi square dan analisis statistika kualitatif.
7.
Charles
Spearman (1863-1945) murid dari Galton dan Leipzig mengembangkan konsep one
factor model, yang selanjutnya beliau dijuluki sebagai “the father of factor
analysis).
8.
Godfrey
Thompson (1881-1955), Cyril Burt (1883-1971), Raymond Cattell (1905-1998), dan
Karl Holzinger (1892-1954) memberi kontribusi pada perluasan konsep analisis
faktor dari Spearman.
9.
Harold
Hotelling (1895-1955) memperluas konsep one faktor model dari Spearman menjadi
multiple factor model.
10.
Ronald Alylmer
Fisher (1890-1962) mengembangkan desain eksperimen, disamping analisis varian
dan kovarian, distribusi z, t, uji signifikansi dan teori tentang perkiraan
(theory of estimation).
11.
Louis Guttman
(1916-1987) mengembangkan Skala yang dikenal dengan skala Guttman dan banyak
memberikan kontribusi pada analisis faktor.
12.
Rensis Likert
(1932) mengembangkan Skala yang kemudian dikenal dengan skala Likert.
13.
Andrey
Kolmogorov (1903 – 1987) dan Smirnov (1900-1966) yang hasil karyanya
sekarang dikenal dengan kolmogorov smirnov test
14.
Tahun 1937, Jan
Tinbergen memperkenalkan ekonomi statistic.
15.
Neyman, J
(1938) yang berkontribusi dengan “Theory Of Sampling Human Populations”.
16.
Hansen, M. H.,
and Hurwitz, W. N (1950) pada “Theory Of Sampling From Finite Populations”
17.
Cochran, W. G.
(1953-1963) dan Taro Yamane (1967) yang mengembangkan Sampling Techniques
18.
Joreskog
(1973), Kessling (1973), dan Wiley (1973) membentuk kesatuan model yang dikenal
dengngan persamaan struktural. Joreskog sendiri memberikan kontribusi pada
metode maximum likehood
19.
dan para pakar
lainnya yang banyak berkontribusi dalam pengembangan ilmu statistik modern.
Ilmu Statistik merupakan ilmu
yang mempelajari proses pencatatan, penyusunan serta pengolahan data. Ilmu ini
seusia dengan umur peradaban ini, di mana tradisi menghitung merupakan landasan
utama dalam membangun peradaban. Semenjak peradaban Yunani ilmu hitung sudah
diperkenalkan, dan menjadi alat utama dalam proses pengambilan keputusan.
Fenomena ini bisa dilacak dalam tulisan filsof Yunani seperti Aristoteles,
maupun Plato yang mengusulkan sistem
pemilihan langsung terhadap pejabat publik di mana di kemudian hari dikenal
dengan demokrasi langsung. Untuk menghitung siapa yang paling diterima oleh
masyarakat dalam pemilihan tersebut maka aspek ilmu hitung menjadi dasar alat
pembenar.
Ilmu hitung kemudian berkembang
pesat lagi pada masa imperium Romawi. Angka-angka yang disimbolkan dalam
peradaban Yunani dikembangkan dengan
simbol Romawi. Meski angka Romawi tidak praktis, dalam batas tertentu
memberikan pengaruh yang luas bagi perkembangan ilmu hitung. Angka Romawi mampu
memberikan lambang terhadap angka dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan angka Yunani. Puncak peradaban ilmu hitung menjadi semakin cepat
manakala tradisi Arab mengenalkan simbol angka yang sederhana dan fleksibel.
Angka Arab mampu menyederhanakan simbol menjadi simbol yang mudah dimengerti
dan dapat digunakan secara berulang secara mudah. Misal, untuk mengungkapkan
angka 100, maka cukup hanya menggunakan 2 simbol saja yang sudah dipakai
sebelumnya, demikian pula kalau harus menyebut angka 1 trilyun, angka yang dipakai
tetap 1 dan 0, tinggal memperbanyak 0-nya saja. Sangat berbeda dengan angka
Romawi, setiap perubahan persepuluhan harus dikenalkan simbol baru, yang
kemudian tidak dijadikan basis pembuatan angka secara konsisten.
Puncak peradaban ilmu hitung
mengalami perkembangan yang sangat pesat, tatkala tradisi Arab memperkenalkan
simbol baru angka 0. Angka ini seakan telah menjadi angka mu’jizat dalam
sejarah peradaban ilmu hitung, sebab dengan ditemukannya angka 0, maka akan
mempersingkat penulisan-penulisan yang berbasis ribuan sampai tak terhingga.
Bayangkan bagaimana menulis simbol satu trilyun jika menggunakan simbol Romawi.
Inilah salah satu sumbangan tradisi Islam dan Arab yang sering dilupakan oleh
orang.
Ilmu Statistik sebagai bentuk
aplikasi dan terapkan ilmu hitung sebagai ilmu murni juga mengalami
perkembangan seiring dengan semakin berkembang ilmu hitung. Statistik yang
lebih menekankan pada tradisi mencatat dan menyusun, memungkinkan ilmu ini
mulai dilirik orang dalam konteks untuk mempergunakan hasil pencatatan dan
penyusunan untuk mendapatkan pola. Pola
ini menjadi sangat penting untuk dilihat, manakala manusia dihadapkan pada
pergerakan peradaban manusia yang semakin kompleks, yang juga berarti jumlah
data juga sangat kompleks, hampir setiap detik terdapat peristiwa yang lahir,
dan harus didokumentasi. Semakin tersebarnya data, menjadikan banyak fihak
perlu mendapatkan data yang sahih, namun mudah dimengerti dan memiliki akurasi
yang baik dalam dokumentasinya. Statistik merupakan satu-satunya ilmu yang bisa
menawarkan pada tradisi mencatat ini.
Dalam konteks politik, pola
merupakan sebagai gejala sosial yang harus ditangkap secara jelas, bahkan kalau
tak mampu membuat dan membaca pola, maka akan berhubungan dengan tingkat
pengambilan keputusan yang tidak akurat. Politik yang tidak bisa memisahkan
diri dari gejala pengambilan keputusan, mengharuskan untuk mengadop tradisi
statistik ini. Keharusan untuk mengambil keputusan secara cepat juga telah
menuntut para pengambil keputusan mulai belajar statistik secara lebih seksama.
Dengan belajar statitik diharapkan akan mampu memberikan bimbingan pengambilan
keputusan yang memiliki akurasi yang tinggi. Sehingga tidaklah mengherankan
bahwa pada stadium tertentu, ilmu statitistik merupakan ilmu untuk menjawab bentuk-bentuk
probabilitas dalam masyarakat. Dalam kondisi inilah ilmu statistik banyak
dipergunakan oleh para pialang pasar untuk melihat fluktuasi harga, dan banyak
juga para spekulan memprediksi sesuatu dengan pijakan ilmu statistik. Bahkan
yang lebih tragis ilmu statistik pernah menjadi ilmu alat utama bagi kalangan
penjudi, guna menemukan kecenderungan peluang yang akan muncul.
Sejarah ilmu statistik
menunjukkan bahwa tradisi berfikir disiplin ini banyak dipergunakan para
ilmuwan eksak untuk mengembangkan teori-teori baru. Hal ini tidak bisa
dilepaskan kepada kemampuan ilmu statistik yang memberikan penjelasan yang
memuaskan dalam proses pengukuran baik
di sisi metode, kesederhanaan maupun kekonsistenannya. Sumbangan ilmu statistik
dalam bidang ilmu sosial belumlah menunjukkan angka yang berarti sampai abad ke
18. Baru setelah sistem ekonomi berbasis uang menjadi peradaban manusia peran
ilmu statistik menjadi sangat penting. Dalam hal ini, ilmu ekonomi banyak mengadopsi ilmu statistik untuk menjelaskan keseimbangan
harga, fluktuasi mata uang bahkan bisa dipergunakan dalam studi perilaku
konsumen dan pasar secara luas. Bidang ilmu perbankan merupakan bidang ilmu
ekonomi yang juga banyak mengambil metode dari ilmu statistik.
Perkembangan ilmu statistik mengalami
percepatan yang sangat cepat, dalam dimensi penelitian, baik dalam bidang
kajian ilmu eksakta maupun dalam bidang ilmu sosial. Dengan dipergunakannya
statistik dalam riset, memungkinkan proses membangun suatu teori menjadi
relatif mudah, sederhana dan memuaskan.
Pentingnya statistik dalam
dunia modern, mengharuskan setiap unit produksi, manajemen pemerintahan, pasar
dan organisasi memiliki pusat statistik
sebagai pusat perencanaan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan ketersediaan
data yang sudah diolah akan memungkinkan untuk membuat keputusan menjadi lebih
baik.
Namun di tengah kekaguman orang
pada statistik, tidak sedikit pula yang meragukan analisis statistik, apalagi
dalam bidang kajian ilmu sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif. Kelompok
ini memandang statisti terlalu menggeneralisir sehingga terjadi simplifikasi
terhadap dana. Proses ini akan membuat data yang diambil menjadi bias. Fakta
sosial yang relatif dinamis, juga dianggap akan teramat sulit untuk dijadikan
dana yang berbasis numeric. Bahkan dalam batas tertentu statistik, dituduh
sebagai ilmu yang bisa dipergunakan untuk berbohong, dan melakukan manipulasi
dengan aroma yang ilmiah.
Durel Huff dalam buku How to
Lie With Statistic menyatakan bahwa dalam batas tertentu statistik merupakan
suatu alat yang mudah dimanipuilasi oleh fihak yang memiliki kepentingan
tertentu. Salah satu kekuatan statistik yang bisa dipergunakan secara tidak
bertanggung terletak pada kelebihan tehnologi statistik sendiri yakni kemampuan
untuk menampilkan informasi yang sederhana dari sebuah gejala yang kompleks.
Bahkan data olahan statistik yang sebenarnya bukan diolah untuk kepentingan
tertentu, bisa dipergunakan oleh fihak lain sebagai pembenar tindakannya.
Misal yang dicontoh Huff, jika
suatu lembaga penelitian yang melakukan uji klinis terhadap beberapa produk
yang hanya digunakan untuk keperluan penelitian dengan menggunakan sampel yang
terbatas, jika hasil penelitian ini sampai ke tangan produsen bisa dimanipulasi
sebagai sarana strategi pemasaran yang berdasarkan kepentingan yang berbeda.
Fenomena data agregat juga selama ini disalahkan gunakan bahkan cenderung
dipergunakan untuk pembuat kebijakan publik, bahwa kebijakan yang sudah dirilis
mendapatkan respon masyarakat yang luas. Misal selama ini pemerintah cenderung
membuat angka yang optimistik tentang angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai
5%. Angka ini kemudian digeneralisasi bahwa pertumbuhan ekonomi sudah mencapai
pertumbuhan yang tinggi, bahkan ini digunakan sebagai dasar pembenar untuk menolak
model pembangunan ekonomi seperti pertumbuhan dengan alasan tidak bisa membuat
pertumbuhan sampai 5%.
Dalam batas tertentu pula,
lembaga non pemerintahan juga mempergunakan angka statistik yang sifatnya
agregat untuk mengkritik kinerja birokrasi. Misal terdapat suatu fakta bahwa
dalam setahun terdapat kasus kecelakaan kereta api mencapai 100 kali. Dengan mengasumsikan
bahwa dalam setahun terdapat 364 hari maka bisa ditarik rata-rata bahwa dalam
3,5 hari akan terjadi kecelakaan kereta api. Apakah seperti itu penarikan
kesimpulan ? Memang tidak, tapi angka statistik memang rentan dipergunakan
untuk kepentingan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar