Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat
statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara
serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM dapat
juga dianggap sebagai gabungan dari analisis regresi dan analisis faktor. SEM
dapat dipergunakan untuk menyelesaikan model persamaan dengan variabel terikat
lebih dari satu dan juga pengaruh timbal balik (recursive). SEM berbasis pada
analisis covarians sehingga memberikan matriks covarians yang lebih akurat dari
pada analisis regresi linear. Program-program statistik yang dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan SEM misalnya Analysis Moment of Structure (AMOS) atau
LISREL.
SEM mampu menyelesaikan model yang rumit yang
sering muncul dalam dunia pemasaran atau bidang konsentrasi yang lain. Model
yang akan diselesaikan dengan SEM harus mempunyai dasar teori yang kuat, karena
SEM tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan model kausalitas imaginer. SEM
hanyalah untuk mengkonfirmasi apakah observasi sesuai dengan model teoretis
yang telah dibentuk berdasarkan telaah teori yang mendalam. Metode lain yang
tidak memerlukan telaah teori adalah Partial Least Square (PLS), sebuah metode
alternatif yang berdasarkan variance.
Mengapa Menggunakan SEM
Beberapa alasan menggunakan analisis SEM adalah
sebagai berikut:
- Model
yang dianalisis bertingkat dan relatif rumit, sehingga akan sangat sulit
untuk diselesaikan dengan metode jalur analisis pada regresi linear.
- Mampu
menguji hipotesis-hipotesis yang rumit dan bertingkat secara serempak.
- Kesalahan
(error) pada masing-masing observasi tidak diabaikan tetapi tetap
dianalisis, sehingga SEM lebih akurat untuk menganalisis data kuesioner
yang melibatkan persepsi.
- Mampu
menganalisis model hubungan timbal balik (recursive) secara serempak, di
mana model ini tidak dapat diselesaikan dengan analisis regresi linear
secara serempak.
- Terdapat
fasilitas bootstrapping, di mana hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan
analisis regresi linear.
- Untuk
jumlah sampel yang relatif besar (di atas 2000) terdapat metode asymtot
distribution free (ADF) yang tidak memerlukan asumsi normalitas pada data.
- Peneliti
dapat dengan mudah memodifikasi model dengan second order untuk
memperbaiki model yang telah disusun agar lebih layak secara statistik.
Tujuh Langkah SEM
Dalam pengujian model SEM terdapat tujuh langkah
yang harus ditempuh (Hair dkk, 1998 dalam Ferdinand, 2005), yaitu:
- Langkah
pertama: Pengembangan Model Teoritis.
- Langkah
kedua: Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram).
- Langkah
ketiga: Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural dan Model
Pengukuran.
- Langkah
keempat: Memilih Jenis Matrik Input dan Estimasi Model yang Diusulkan.
a. Estimasi Model Pengukuran (Measurement
Model).
b. Model Struktur Persamaan (Structure
Equation Model).
- Langkah
kelima: Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi
a. Standard error yang besar untuk satu
atau beberapa koefisien.
b. Program tidak mampu menghasilkan matriks
informasi yang seharusnya disajikan.
c. Munculnya angka-angka yang aneh seperti
adanya varians error yang negatif.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar
koefisien estimasi yang didapat (misal ≥ 0,9).
- Langkah
keenam : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
a. Uji Kesesuaian dan Uji
Statistik: Likelihood ratio chi-square statistic (χ2), Root
Mean Square Error Approximation (RMSEA), Goodness of Fit
Index (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), The
Minimum Sampel Discrepancy Function atauDegree of
Freedom (CMIN/DF), Tucker Lewis Index (TLI) dan Comparative
Fit Index(CFI).
b. Uji Reliabilitas: Construct
Reliability dan Variance extracted.
c. Uji Validitas.
d. Asumsi-asumsi SEM: Ukuran Sampel, Normalitas, Outliers, Multicollinearity dan
Singularity.
- Langkah
ketujuh: Menginterpretasikan Hasil Pengujian dan Modifikasi Model.
0 komentar:
Posting Komentar